Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas PTK SKI MTs
Pendidikan karakter di Indonesia dirasa amat perlu pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar, serta bentuk-bentuk kenakalan remaja terutama di kota-kota besar, pemerasan/kekerasan, kecendrungan dominasi senior terhadap yunior, penggunaan narkoba dan lain-lain. Bahkan yang paling memprihatinkan, keinginan untuk membangun sifat jujur pada anak-anak melalui kantin kejujuran disejumlah sekolah banyak yang gagal.
Artinya : Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Sejarah bukanlah masa lalu yang mati melainkan bagian dari peristiwa yang tetap hidup dan berulang di masa kini yang menjadi ibroh bagi generasi sekarang. Dalam ayat lain, yaitu QS. Ali-Imran/3: 140;
Artinya : Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah swt membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’ dan Allah swt tidak menyukai orang-orang yang zalim.
Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan sejarah. Di dalam jurnal yang berjudul pendidikan sejarah Untuk memperkuat pendidikan karakter, Said Hamid Hasan menegaskan di dalam pendidikan sejarah, nilai-nilai karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Pendidikan sejarah berperan dalam pendidikan karakter karena pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Internalisasi pembelajaran sejarah kebudayaan Islam terhadap pembentukan karakter peserta didik di MTs Yahisha Desa Mekarjaya Kabupaten Bandung Barat”
Dalam rangka pengembangan pembelajaran sejarah agar lebih fungsional dan terintegrasi dengan berbagai bidang keilmuan lainnya, maka terdapat berbagai bidang yang seyogianya mendapat perhatian, yaitu: pertama, untuk menjawab tantangan masa depan, kreativitas dan daya inovatif diperlukan agar suatu bangsa bukan hanya sekedar manjadi konsumen IPTEK, konsumen budaya, maupun penerima nilai-nilai dari luar secara pasif, melainkan memiliki keunggulan kompetitif dalam hal penguasaan IPTEK.
Globalisasi telah membawa perubahan- perubahan penting baik positif maupun negatif. Maka dari itu sangat penting sekali upaya internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam membentuk peserta didik berkarakter mulia. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa Saat ini pendidikan harus dapat membentuk karakter peserta didik, karakter ini perlu diajarkan dan diaktualisasikan dalam dunia pendidikan agar tercipta kader-kader generasi bangsa yang memiliki karakter mulia sesuai dengan keinginan bangsa dan agama.
Peserta didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupan agar peserta didik mempunyai karakter yang mulia, dalam sejarah perkembangan Islam pada periode permulaan dakwah, Nabi Muhammad saw. tidak langsung menuntut sahabat-sahabatnya mengamalkan syariat Islam secara sempurna sebagai yang dijabarkan dalam lima rukun Islam, akan tetapi selama 10 tahun di Makkah beliau mengajarkan Islam lebih dahulu menitik beratkan pada pembinaan landasan fundamental yang berupa keimanan dan keyakinan kepada Allah swt. Karena dari landasan inilah manusia akan berakhlak yang baik. Hal ini merupakan impelementasi dari aqidah.
Karakter menjadi amat penting dan mendesak untuk di lembagakan dalam suatu pola pendidikan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri Sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Manusia itu pada hakikatnya adalah baik. Hanya saja, dalam perjalanan berbagai hal mempengaruhi hidupnya, sehingga menjadilah ia sebagai mana ia menjadi. Tetapi perlu diingat, bahwa karakter bukanlah sesuatu yang bersifat statik, permanen, ia tidak lain hanyalah jalinan yang tercipta dari suatu kebiasaan, sedang kebiasaan itu bisa diubah. Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia peserta didik atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter peserta didik.
Sejarah merupakan mata pelajaran yang sangat berkaitan dengan pengembangan serta pembinaan sikap kebangsaan, semangat nasionalisme, cinta tanah air, berjiwa demokratis, dan patriotisme. Dalam pelajaran sejarah terdapat nilai-nilai yang sangat khas dan membedakannya dengan mata pelajaran lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran sejarah dapat dikelompokkan menjadi nilai keilmuan, nilai informatif, nilai etis, nilai budaya, nilai politik, nilai nasionalisme, nilai internasional, dan nilai kerja.
Dengan mempelajari sejarah, peserta didik dapat memahami berbagai peristiwa di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional. Disamping itu, dijadikannya sejarah sebagai mata pelajaran di sekolah pada dasarnya bertujuan agar peserta didik menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing- masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang.
Pelajaran sejarah kebudayaan Islam memiliki peran dan fungsi sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Manusia merupakan satu- satunya makhluk Allah swt yang diberi karunia akal, maka dengan memiliki kekhususan tersebut manusia diberikan kemampuan dalam menganalisis suatu hal dalam kehidupannya. Pada kaitannya manusia tidak mungkin terlepas dari yang namanya sejarah, karena dengan sejarah tersebut manusia dapat belajar dan menganalisis kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu.
Sejarah merupakan cerminan dari kehidupan masa lalu kita dan dapat dijadikan sebagai bahan instropeksi diri. Selain itu, sejarah kebudayaan Islam juga berfungsi sebagai alat untuk mempelajari kejadian yang terjadi di masa lalu ataupun sebagai acuan untuk lebih dapat memajukan Islam daripada sebelumnya.
Sejarah harus dilestarikan dan dipertahankan, sebab dengan melestarikan sejarah berarti ikut melestarikan identitas kelompok dan memperkuat kelangsungan hidup kelompok. Selain itu, belajar dari sejarah adalah tuntutan syari'ah Islam, karena sejarah adalah sebuah memoar individu, golongan, agama dan ummat yang diambil ibroh darinya, Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. al- A’raf/7: 176, yang berbunyi;
Globalisasi telah membawa perubahan- perubahan penting baik positif maupun negatif. Maka dari itu sangat penting sekali upaya internalisasi nilai-nilai agama di sekolah dalam membentuk peserta didik berkarakter mulia. Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa Saat ini pendidikan harus dapat membentuk karakter peserta didik, karakter ini perlu diajarkan dan diaktualisasikan dalam dunia pendidikan agar tercipta kader-kader generasi bangsa yang memiliki karakter mulia sesuai dengan keinginan bangsa dan agama.
Peserta didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran berbasis agama sebagai kontrol dalam kehidupan agar peserta didik mempunyai karakter yang mulia, dalam sejarah perkembangan Islam pada periode permulaan dakwah, Nabi Muhammad saw. tidak langsung menuntut sahabat-sahabatnya mengamalkan syariat Islam secara sempurna sebagai yang dijabarkan dalam lima rukun Islam, akan tetapi selama 10 tahun di Makkah beliau mengajarkan Islam lebih dahulu menitik beratkan pada pembinaan landasan fundamental yang berupa keimanan dan keyakinan kepada Allah swt. Karena dari landasan inilah manusia akan berakhlak yang baik. Hal ini merupakan impelementasi dari aqidah.
Karakter menjadi amat penting dan mendesak untuk di lembagakan dalam suatu pola pendidikan. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri Sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma- norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Manusia itu pada hakikatnya adalah baik. Hanya saja, dalam perjalanan berbagai hal mempengaruhi hidupnya, sehingga menjadilah ia sebagai mana ia menjadi. Tetapi perlu diingat, bahwa karakter bukanlah sesuatu yang bersifat statik, permanen, ia tidak lain hanyalah jalinan yang tercipta dari suatu kebiasaan, sedang kebiasaan itu bisa diubah. Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia peserta didik atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter peserta didik.
Sejarah merupakan mata pelajaran yang sangat berkaitan dengan pengembangan serta pembinaan sikap kebangsaan, semangat nasionalisme, cinta tanah air, berjiwa demokratis, dan patriotisme. Dalam pelajaran sejarah terdapat nilai-nilai yang sangat khas dan membedakannya dengan mata pelajaran lain. Nilai-nilai yang terkandung dalam mata pelajaran sejarah dapat dikelompokkan menjadi nilai keilmuan, nilai informatif, nilai etis, nilai budaya, nilai politik, nilai nasionalisme, nilai internasional, dan nilai kerja.
Dengan mempelajari sejarah, peserta didik dapat memahami berbagai peristiwa di tingkat lokal, regional, nasional maupun internasional. Disamping itu, dijadikannya sejarah sebagai mata pelajaran di sekolah pada dasarnya bertujuan agar peserta didik menyadari adanya keragaman pengalaman hidup pada masing- masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang.
Pelajaran sejarah kebudayaan Islam memiliki peran dan fungsi sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Manusia merupakan satu- satunya makhluk Allah swt yang diberi karunia akal, maka dengan memiliki kekhususan tersebut manusia diberikan kemampuan dalam menganalisis suatu hal dalam kehidupannya. Pada kaitannya manusia tidak mungkin terlepas dari yang namanya sejarah, karena dengan sejarah tersebut manusia dapat belajar dan menganalisis kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu.
Sejarah merupakan cerminan dari kehidupan masa lalu kita dan dapat dijadikan sebagai bahan instropeksi diri. Selain itu, sejarah kebudayaan Islam juga berfungsi sebagai alat untuk mempelajari kejadian yang terjadi di masa lalu ataupun sebagai acuan untuk lebih dapat memajukan Islam daripada sebelumnya.
Sejarah harus dilestarikan dan dipertahankan, sebab dengan melestarikan sejarah berarti ikut melestarikan identitas kelompok dan memperkuat kelangsungan hidup kelompok. Selain itu, belajar dari sejarah adalah tuntutan syari'ah Islam, karena sejarah adalah sebuah memoar individu, golongan, agama dan ummat yang diambil ibroh darinya, Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. al- A’raf/7: 176, yang berbunyi;
وَلَوۡ شِئۡنَالَرَفَعۡنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخۡلَدَ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلۡكَلۡبِ إِن تَحۡمِلۡ عَلَيۡهِ يَلۡهَثۡ أَوۡ تَتۡرُكۡهُ يَلۡهَثۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بَِٔايَٰتِنَاۚ فَٱقۡصُصِ ٱلۡقَصَصَ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ ١٧٦
Artinya : Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. Sejarah bukanlah masa lalu yang mati melainkan bagian dari peristiwa yang tetap hidup dan berulang di masa kini yang menjadi ibroh bagi generasi sekarang. Dalam ayat lain, yaitu QS. Ali-Imran/3: 140;
إِن يَمۡسَسۡكُمۡ قَرۡحٞ فَقَدۡ مَسَّ ٱلۡقَوۡمَ قَرۡحٞ مِّثۡلُهُۥۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيۡنَ ٱلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَيَتَّخِذَ مِنكُمۡ شُهَدَآءَۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ ٱلظَّٰلِمِينَ ١٤٠
Artinya : Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah swt membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’ dan Allah swt tidak menyukai orang-orang yang zalim. Pembelajaran sejarah kebudayaan Islam merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan sejarah. Di dalam jurnal yang berjudul pendidikan sejarah Untuk memperkuat pendidikan karakter, Said Hamid Hasan menegaskan di dalam pendidikan sejarah, nilai-nilai karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Pendidikan sejarah berperan dalam pendidikan karakter karena pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul “Internalisasi pembelajaran sejarah kebudayaan Islam terhadap pembentukan karakter peserta didik di MTs Yahisha Desa Mekarjaya Kabupaten Bandung Barat”
Selengkapnya dibawah ini:
Post a Comment for "Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas PTK SKI MTs"